Malam Sabtu (a.k.a Saturday Night) seperti biasanya ku habiskan bersama si bulan. sudah setahun belakangan ini malam sabtuku dihabiskan bersama dirinya. Keluar dan jalan-jalan keliling kota bukanlah hal kami karena kami biasanya menghabiskan waktu dengan menonton film yang si bulan bajak dari pelabuhan pembajak. setelah menonton biasanya kami tertidur pulas sampai maghrib dan makan malam. hal serupa akan kami ulang esok harinya, minggu. terus... terus... terus...
Bosan memang terkadang kalau aku harus membayangkan kegiatan yang sama harus selalu kulalui tiap minggunya, untungnya tidak dengan film dan makanan yang sama tiap minggunya. Pernah sekali ku mengeluh kepada si bulan, aku ingin seperti orang kebanyakan. Jalan-jalan ke mall, makan di restoran, jadi anak cafe, pokoknya ngegaul lah. tapi sebelum aku benar-benar mengutarakan keinginan fana itu, aku malah menyesal sendiri pernah berpikiran seperti itu. sekalinya aku ke mall (bersama teman-teman) ramainya seperti pasar. makan di restoran, rasa makanannya sama saja seperti yang di kaki lima. lalu masalah harga terjadi juga di cafe, hanya satu gelas minuman saja harganya sama dengan satu porsi sushi kesukaan kami. ah, salah, ah, untung aku mengalaminya sehingga si bulan tidak harus ceramah panjang lebar tentang bagaimana budaya ngegaul itu bikin capek badan saja.
sebenarnya kami suka kok keluar juga, kalo ketemu teman-teman. senang kadang, tapi rasanya ada yang kurang kalo sebelumnya aku belum mendekap bulan dan tertidur. ada semacam kejenuhan dalam keramaian saat aku harus berada di luar rumah bersamanya. jenuh bukan karena mati gaya, tetapi jenuh dengan sekitar. seperti semesta tak mendukung keberadaan kami di luar. semesta mengizinkan kami merasakan keberadaan satu sama lain saat kami benar-benar berdua. tanpa harus dengan orang banyak bahkan bangku-bangku kosong. jikalau aku boleh menyampaikan keinginanku tentang hanging out with si bulan: kami keluar sambil naik sepeda, duduk di mana saja kami mau, tempatnya tidak terlalu ramai bahkan kalau bisa hanya sebuah tempat minum kecil ukuran 10x5 meter dengan beberapa meja saja, cukup satu jam, lalu naik sepeda lagi, pergi duduk di taman sambil makan es krim, cukup 20 menit saja, lalu naik sepeda lagi dan pulang ke rumah. jalan-jalan yang sempurna! tidak harus ku menghabiskan banyak waktu diperjalanan. setiap perpindahan tempat hanya menghabiskan waktu 10-15 menit saja. sungguh dunia menjadi lebih indah!
dari ke-paranoid-an akan kondisi jalan ini lah kami terkadang lebih memilih lagi untuk berdiam diri di rumah. apalagi setiap kami keluar, ada saja rintangan-rintangan yang menyebalkan terjadi, seperti parkir penuh -________-
oh, masyarakat kota, haruskah kalian duduk manis dengan donat di tangan kalian? kalian memainkannya tanpa bisa memakannya, kanan-kiri-kanan-kiri. donat yang tadinya makanan daerah, lebih menjadi kekotaan saat mereka diberi nama dengan tulisan meliuk-liuk dan lapisan mengkilap pada kulit mereka. donat yang tadinya dibuat untuk di makan tetapi sekarang di buat dengan mengkilap untuk mempertontonkan kemapanan kalian yang memegangnya... oh donat
No comments:
Post a Comment